![]() |
Unsplash.com |
Jauh sebelum mulai dihitungnya tahun Masehi dan Hijriah, terdapat sebuah peradaban yang sangat besar. Sulaiman ibn Daud adalah tokoh sentral di dalamnya. Beliau adalah seorang nabi sekaligus raja yang wilayah kekuasaannya tidak hanya pada satu alam. Ruang lingkup kuasanya meliputi alam manusia, alam hewan, dan alam jin. Kekayaan yang beliau miliki pun tentu tak sebatas pada kadar alam manusia.
Banyak sekali kisah tentang perjalanan hidup beliau. Bagi sebagian orang, riwayat hidup beliau merupakan kisah biasa tentang keteladanan utusan Allah dalam menegakkan ajaran tauhid. Namun, apabila kita mau memikirkannya lebih dalam, akan selalu kita temukan hikmah yang relevan dengan kondisi yang sedang kita hadapi saat ini. Sayangnya, rebahan mempunyai umat lebih banyak dibandingkan berpikir dan merenung.
Salah satu kisah tentang Nabi Sulaiman yang tak asing kita dengar yakni kisah beliau dengan kawanan semut. Saat itu beliau sedang berjalan-jalan bersama bala tentaranya yang terdiri dari manusia, hewan, dan jin. Seperti yang sering kita alami, selalu ada hal tak terduga dalam sebuah perjalanan, begitu juga dengan beliau. Di tengah perjalanannya tiba-tiba beliau memberi titah kepada bala tentaranya supaya menghentikan langkah.
Tanpa banyak protes mereka pun berhenti. Namun, karena mereka tak diberi anugerah layaknya Nabi Sulaiman, mereka pun bingung. Mereka tidak tahu apa alasan Nabi Sulaiman tiba-tiba memberi perintah tersebut. Di tengah kebingungan bala tentara, Nabi Sulaiman kemudian berjalan beberapa langkah ke depan. Usut punya usut ternyata beliau mendengar suara dari koloni semut yang sedang terburu-buru masuk ke dalam tanah untuk melindungi diri supaya tidak terinjak oleh rombongan Nabi Sulaiman.
Mengetahui hal tersebut Nabi Sulaiman tersenyum dan berkata kepada koloni semut, “Jangan Takut! Aku bisa mendengar suara kalian”. Kemudian beliau menunggu sampai semua semut masuk ke dalam tanah. Setelah semua semut dipastikan dalam kondisi aman, beliau dan bala tentaranya kemudian melanjutkan perjalanan. Pertanyaannya sekarang, apa korelasi antara kisah tersebut dengan kepemimpinan?. Entah itu dulu maupun saat ini.
Jawabannya sederhana, seorang pemimpin harus mampu mendengar suara dari rakyat kecil. Hal ini merupakan kewajiban. Alasannya yakni apabila seorang pemimpin tak mampu mendengar suara rakyat kecil, maka yang terjadi adalah penindasan serta kesewenang-wenangan kata Iwan Fals. Saat 2 hal tersebut telah terjadi, imbasnya adalah hak-hak rakyat kecil tidak akan terpenuhi. Padahal seharusnya merekalah yang harus diberi perhatian lebih.
Seorang pemimpin itu seharusnya menyejahterakan bukan menyengsarakan. Ia harus bisa melindungi dan mengayomi, bukan malah menindas dan memperbudak. Hal ini berlaku tidak hanya untuk satu orang yang menjadi pemimpin pusat (kalau dalam negara kita dipanggil presiden), tapi juga kepada semua orang yang menjadi pendampingnya. Artinya semua anggota eksekutif, legislatif, dan yudikatif termasuk di dalamnya.
Kita tentu sudah banyak melihat peristiwa mengenai hal seperti ini. Tak perlu mencari jauh-jauh, di negara kita sendiri sangat banyak cotohnya. Apalagi dalam dunia hukum, orang-orang desa yang notabene pendidikannya tak terlalu tinggi sampai geleng-geleng kepala mengetahuinya. Bagaimana tidak, jelas-jelas yang merugikan negara itu koruptor, tapi yang di hukum lebih berat adalah orang tua yang mengambil “ranting” yang sudah jatuh dari pohon yang terdapat dalam kawasan hutan.
Mau
ketawa kok ya gimana, nggak ketawa kok ya lucu. Jadi bingung
sendiri saya. Berpedoman dari kasus tersebut, kita bisa mengambil kesimpulan
bahwa ternyata ada juga seseorang yang sudah menyandang gelar sarjana (atau
yang lebih tinggi) yang IQ-nya jongkok tiarap. Dianugerahi otak
dengkul tapi tak bisa digunakan untuk berpikir, kasihan juga ya. Diberi ilmu
tapi “kepintarannya” sangat luar biasa sampai kelewat batas.
Begitulah realitanya. Di saat manusia sudah menghambakan diri kepada materi (uang), maka pertanyaannya bukan lagi “perkara ini pasal berapa?”, melainkan berganti menjadi “pasal ini harganya berapa?”. Sebagai seorang anak petani desa, akan sangat sulit bagi saya untuk menyampaikan hal ini kepada orang-orang yang duduk di kursi pemerintahan. Mungkin jika dihitung, hasilnya seperti yang dikatakan Doctor Strange dalam Avengers: Infinity War, yakni 1. 000. 405 : 1 (kalau tidak salah). Bukan bermaksud menggurui, hanya bertujuan supaya penindasan terhadapa rakyat kecil setidaknya bisa terkurangi.
0 Comments