Ticker

6/recent/ticker-posts

Bila Orang Dekat Tertutup, Siapa yang Salah?

 

Pexels.com

Kalian punya nggak temen yang jarang banget bahkan nggak pernah curhat ke kalian?. Padahal, jika dilihat dari kesehariannya, dia dan diri kita lumayan akrab. Mungkinkah dia tak pernah punya masalah?. Rasanya, pertanyaan itu sudah jelas jawabannya. Sebab, kita semua sudah tahu bahwa kehidupan tak bisa lepas dari permasalahan. Siapapun kita, tak peduli jenis kelamin, pekerjaan, hobi, ras, merk HP, kartun kesukaan, genre musik, mazhab keagamaan, semuanya ‘pasti’ memiliki masalah masing-masing. Lalu, megapa teman dekat kita tadi tak pernah curhat pada kita?.

Ada beberapa penyebab mengapa seseorang jarang atau bahkan tak pernah curhat. Biasanya faktor yang paling dominan adalah lingkungannya. Disadari atau tidak, nyatanya lingkungan memiliki peran besar terhadap pembentukan perilkau seseorang. Sama halnya dengan orang yang jarang curhat. Bisa jadi suasana lingkungannya tak mendukung dia untuk mencurahkan kegelisahannya dalam bentuk pembicaraan. Ada nggak contoh empiris yang bisa mewakili asumsi tersebut?.

Begini, orang membicarakan pasal perasaannya cuma kepada mereka yang ia percaya. Setiap orang punya kriteria sendiri-sendiri tentang siapa yang pantas mereka percaya. Bila ia merasa orang-orang di sekitarnya tak ada yang bisa dipercaya, tentu ia tak akan curhat pada mereka. Pertanyaannya, bagaimana bisa orang-orang di sekitarnya―yang notabene dekat dengannya―justru dia anggap tak dapat dipercaya?. Adakah yang salah? Ini yang mesti kita renungkan.

Kebanyakan orang tak menyadari bahwa apa yang mereka perbuat memiliki dampak yang besar terhadap orang disekitarnya. Bila kita sering mengapresiasi orang, orang akan ganti menghargai kita. Sebaliknya, jika kita kerap menyalahkan orang, kemungkinan besar mereka akan menaruh kebencian pada kita. Dari sinilah bisa diketahui akar permasalahan dari apa yang dipaparkan di atas. Penyebab orang jarang curhat adalah sikap (negatif) orang-orang di sekitarnya.

Bisa jadi ia dulu pernah curhat, tapi...apa respons yang ia dapatkan?. “Halah! Cuma gitu aja. Kamu masih mending, aku dulu lebih parah.”, dan sebagainya. Bahkan tak jarang orang yang dicurhati justru menyalahkan dia. Hal inilah yang membuat ‘kapok’ seseorang untuk sekadar curhat. Di waktu selanjutnya, saat ia memiliki masalah, ia akan berpikir berkali-kali untuk curhat. “Ngapain curhat!? Paling-paling ujungnya juga disalahin lagi. Mending diem.”, begitu kurang lebih hatinya berucap.

Miris! Padahal dia hanya ingin didengarkan, namun yang didapat justru ‘disalahkan’. Bukannya terobati malah memperlebar luka yang dimiliki. Ironisnya lagi, hal ini sering tak disadari oleh kebanyakan orang. Saat ada orang dekat yang tertutup pada mereka, mereka justru menyerangnya dengan kalimat, “Kamu kenapa sih nggak terbuka ke aku? Kamu nganggep aku apa? Jadi orang itu jangan tetutup, kalo ada apa-apa cerita!”, dan masih banyak lagi. Jika orang tertutup diserang demikian, ia akan merespons dengan menarik napas dalam dan dihembuskan, lalu berkata, “Iya!”, sambil menganggukkan kepala.

Lantas, bila telah menjawab demikian, apa di lain waktu ia akan curhat?. Kemungkinan besar, tidak. Sebab, perkataan-perkataan tadi justru semakin membuatnya tak percaya pada yang mengucapkannya. Lantas, apa yang mesti dilakukan?. Ingat! Penyebab orang jarang curhat adalah sering disalahkan. Seumpama kita melempar kalimat-kalimat di atas kepadanya, itu tak berbeda dengan menyalahkannya. Jadi, untuk menghadapi orang yang tertutup, hal yang mesti kita lakukan adalah mengoreksi diri sendiri. Bagaimana sikap kita terhadap dirinya, itulah yang berpengaruh pada kepercayaannya. Oleh karena itu, jangan terburu-buru menuntut dia untuk terbuka sebelum mengintrospeksi perilaku kita padanya.

Post a Comment

0 Comments