Ticker

6/recent/ticker-posts

Sebenarnya Kita Bukan Pribadi Pemalas

 

Pexels.com

Tahun 2020 sudah menuju pada titik penghabisan. Biasanya sebelum suatu tahun berakhir, orang-orang akan menyusun resolusi, menulis daftar target yang ingin mereka capai di tahun berikutnya. Ada yang ingin menikah, ada yang ingin lulus, ada yang ingin menggapai cita-citanya sebagai pro gamer, ada yang ingin maraton Tukang Bubur Naik Haji full episode, ada juga yang sekadar ingin baik-baik saja. Masing-masing individu tentu berbeda, sesuai dengan kondisi mereka saat membuat resolusi.

Pada umumnya, dalam membuat resolusi, orang tak hanya mencantumkan satu tujuan saja. Ada tujuan-tujuan lain yang tentunya ingin mereka capai di tahun depan. Di antara sekian banyak resolusi, yang paling sering dipakai (dituliskan) adalah “Menjadi lebih baik”. Hampir semua orang menggunakannya, termasuk saya sendiri. Alasan saya menggunakan resolusi tersebut karena memang saya bingung mau menuliskan apa. Yah...hitung-hitung daripada nggak punya resolusi sama sekali.

Pertanyaannya, di masa selanjutnya, apakah resolusi “Menjadi lebih baik” tadi benar-benar terwujud?. Mungkin beberapa ada yang (merasa) terwujud, tapi tak sedikit pula yang (merasa) tak ada perubahan sama sekali. Saya sendiri termasuk golongan yang kedua, “Merasa tak ada perubahan sama sekali”. Stagnan, tak mengalami kemajuan, itulah yang saya rasakan. Mengapa bisa demikian? Apa penyebabnya?.

Menurut saya, hal tersebut terjadi sebab resolusi yang sifatnya sangat umum, tak ada batasan spesifikasi. “Menjadi lebih baik”, maknanya sangat luas. Semua hal bisa tercakup olehnya. Inilah yang membuat saya semakin bingung dalam berproses guna mencapai resolusi tadi. ‘Lebih baik dalam hal apa?’, ketidakjelasan ini akhirnya berdampak pada keputusan kita mau melangkah ke mana. Karena yang dituju tak jelas, ke mana harus melangkah pun tak tahu, akhirnya pelarian yang paling tepat (paling sering digunakan) adalah kembali ke zona nyaman.

Dengan demikian, maka bisa diketahui bahwa sebenarnya kita itu bukan ‘pemalas’. Kita Cuma nggak tahu ke mana harus melangkah dan apa yang menjadi tujuan kita, di situlah kita terjebak. Oleh sebab itu, mulai sekarang kita harus membuat resolusi (target) yang jelas. Sebuah resolusi yang saat kita membacanya, kita tahu ke mana harus menuju. Itulah yang kita butuhkan. Mungkin dengan begitu, perlahan-lahan kita akan sampai pada tujuan kita.

Dalam membuat resolusi, tak hanya spesifikasi tujuan yang kita butuhkan, tapi juga rasionalitas. Bila kita menulis tujuan yang sangat besar―dimana tujuan tersebut buth jangka panjang untuk diraih―tapi di sisi lain kita memberi diri kita durasi yang sangat singkat untuk menggapainya, itu namanya menghancurkan diri sendiri. Kita akan kelelahan karena tak kunjung berhasil. Akhirnya kita membuang tujuan tersebut, pesimis, merasa insecure, dan kembali lagi ke zona nyaman. 

Hal tersebut tentu sangat disayangkan. Padahal, kita bisa saja berhasil asalkan tempo waktu kita rasional untuk mewujudkan tujuan tadi. Kita sudah sangat jauh berjuang, tapi karena hal tersebut kita malah berhenti , bahkan bisa saja kembali ke langkah pertama. Jadi, guna mengantisipasinya kita harus mempunyai strategi dalam membuat resolusi. Pertama, tujuan yang jelas. Kedua, hubungan antara besarnya tujuan dan jangka waktu yang masuk akal. Itu sih menurut saya. Kalau strategi membuat resolusi ala kalian, bagaimana?.

Post a Comment

0 Comments