![]() |
imdb.com |
MCU terus mendatangkan karakter-karakter baru melalui banyak series. Dipilihnya series―daripada film―ini saya rasa dilatarbelakangi oleh dua hal. Pertama, bertujuan menggali back story sang karakter secara lebih mendalam; kedua, supaya orang berbondong-bondong berlangganan Disney+ Hotstar, sehingga sumber pendapatan perusahaan bertambah. Bicara soal series MCU, sekitar April 2022 kemarin kita disuguhi Moon Knight. Tak berselang lama selepas itu, tepatnya Juni 2022 kemarin, series Ms Marvel mulai ditayangkan. Sama seperti series MCU sebelumnya, Ms Marvel memiliki total 6 episode dan tayang setiap hari Rabu.
Series Ms Marvel mempunyai beberapa keunikan. Sebagai misal, kehidupan remaja yang menjadi fondasi cerita. Dalam series ini, penonton ditunjukkan pada karakter utama yang suka berfantasi. Yap! Kita akan melihat Kamala Khan yang begitu kagum dan suka dengan sosok Captain Marvel, dan ia hampir setiap hari berimajinasi tentangnya. Lalu, konflik antara seorang remaja dengan orang tuanya juga tak luput disinggung. Kala itu Kamala ingin mendatangi Avengercon, tapi sayang hal itu tak disetujui oleh orang tuanya. Kamala diberi izin dengan catatan ia mesti didampingi oleh sang ayah. Jika kita pernah di posisi itu, jelas kita akan berpikir bahwa keputusan orang tua Kamala tersebut merupakan sesuatu yang buruk.
Bagaimana dengan sisi asmara?. Seperti halnya remaja umumnya, saat Kamala merasakan jatuh hati, di kepalanya terbayang hal-hal indah bersama orang yang dicintainya. Ms Marvel adalah series dengan nuansa colorful. Saya sendiri mulanya cukup kaget dengan itu. Pasalnya,di series Moon Knight (yang tayang sebelum Ms Marvel) nuansanya cukup gelap. Ini tentu berkebalikan dengan apa yang ada dalam Ms Marvel. Oleh sebab itu, saat baru menonton episode 1 Ms Marvel, saya harus sedikit menyesuaikan diri. Kendati demikian, harus saya akui bahwa orang-orang di balik layar dari series ini memiliki banyak ide kreatif. Hal ini terbukti dari beberapa aspek yang divisualisasikan dengan cara yang berbeda, tidak seperti pada umumnya.
Series Ms Marvel menggunakan pendekatan yang sedikit lain dalam menggambarkan origin story dari Kamala Khan. Sebagai contoh, dari segi kekuatan, dalam series ini kekuatan Kamala berupa sesuatu yang menyerupai kristal. Ia bisa difungsikan untuk menyelimuti tubuh Kamala, bisa juga dibentuk sesuka hati (misalnya, perisai dan kubah). Hal ini ternyata sangat berbeda dengan apa yang ada dalam komik. Kekuatan Kamala dalam komik berupa tubuh yang elastis dan dapat diubah dalam berbagai ukuran. Saya pernah mendengar penjelasan yang menyebut bahwa alasan kekuatan Kamala diadaptasi secara berbeda dalam series-nya adalah untuk menghindari kesamaan dengan Mr. Fantastic. Tampaknya MCU berusaha mengatakan pada penonton bahwa Kamala Khan adalah karakter yang punya ciri khas tersendiri dan tidak perlu dibandingkan dengan karakter lain.
Sependek yang saya lihat, sisi yang paling banyak disorot (khususnya oleh netizen Indonesia) dalam series Ms Marvel adalah agama dari Kamala Khan. Memang benar, film maupun series superhero adalah fiksi. Namun, ketika ada karakter superhero dideklarasikan memeluk agama tertentu, ia bukan lagi sekadar fiksi yang menjadi hiburan. Lebih jauh dari itu, ia akan menjadi fiksi yang mengundang pro-kontra hingga perdebatan. Bagaimana tidak!? Agama, dalam banyak kasus, kerap menjadi sesuatu yang sensitif. Tak terkecuali dalam cerita superhero. Oleh sebab itu, sang creator harus benar-benar berhati-hati, bahkan dituntut untuk melakukan riset yang mendalam sebelum mengeksekusi karyanya. Sebab, bila nanti ada salah sedikit saja, akan berpotensi mengundang boikot massal.
Kendati ada beberapa hal yang diadaptasi berbeda, agama Kamala Khan dalam series tetap sama, yakni Islam. Kaitannya dengan hal tersebut, ada beberapa poin yang menurut saya cukup menarik perhatian. Pertama, sebagian besar orang saat mendengar kata ‘Islam’, biasanya dalam pikirannya akan terbayang suasana yang ada di Arab (khususnya di Mekkah dan Madinah). Ini wajar-wajar saja, karena memang di sanalah tempat asal embrio risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Hanya saja yang perlu dijadikan catatan adalah kita tidak perlu keukeuh menjadikan Arab (Mekkah dan Madinah) sebagai kiblat ekspresi keberislaman. Tunggu, jangan salah paham dulu!. Islam dengan ekspresi keberislaman adalah sesuatu yang tak sama. Islam itu tetap, sementara ekspresi keberislaman berkembang sesuai dengan konteks tempat dan zaman.
Nah, dalam series Ms Marvel kita ditunjukkan Islam yang berbeda dengan apa yang kita bayangkan. Sebelum menyalahkan dan menggugat pihak Marvel, kita perlu melihat konteksnya dulu. Latar tempat dan budaya yang diambil dalam series Ms Marvel bukan Arab, melainkan Amerika-Pakistan. Ingat! Islam dengan ekspresi keberislaman itu lain. Kamala dan keluarganya itu beragama Islam, tetapi ekspresi keberislaman mereka tak sama dengan masyarakat Arab. Musababnya ya karena latar tempat dan budayanya adalah Amerika-Pakistan. Kita ambil contoh dalam pernikahan Aamir Khan, mungkin banyak yang bertanya mengapa prosesi pernikahannya semacam itu. Seandainya yang terjadi sebaliknya, orang Amerika-Pakistan melihat prosesi pernikahan orang Indonesia, tentu dalam hati mereka akan terlintas pertanyaan yang sama dengan kita. Contoh sederhana ini menjadi bukti bahwa ekspresi keberislaman itu bisa sangat berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya.
Poin kedua yang menarik perhatian adalah pendapat sebagian orang yang mengharuskan adanya scene ibadah. Ya, benar! Agama memang tak dapat dipisahkan dengan ibadah. Tapi bukan berarti ketika ada karakter―dalam hal ini superhero―memiliki agama tertentu, ibadah kesehariannya mesti diperlihatkan di depan kamera. Sebagai misal, Kamala Khan beragama Islam, artinya ia memiliki kewajiban sholat 5 waktu. Meski demikian, bukan berarti sang sutradara harus membuat adegan di mana Kamala melaksanakan sholat 5 waktu. Lha wong sinetron religi saja tidak menunjukkan tokoh utamanya melaksanakan sholat 5 waktu (kecuali bila benar-benar perlu), apalagi series superhero.
Terlepas dari semua itu, menurut saya sutradara Ms Marvel telah berhasil menggambarkan bagaimana agama Islam itu. Ada satu adegan di mana agen Deever dan beberapa anggota DODC lainnya masuk masjid tanpa melepas sepatu, Syekh Abdullah lantas menegurnya dengan tenang (bukan dengan marah-marah). Hal kecil semacam ini saya rasa dapat diklasifikasikan sebagai kampanye memerangi islamophobia. Yah.....pada akhirnya terlepas dari kontroversi MCU memasukkan unsur LGBT dalam beberapa proyeknya, patut diapresiasi upaya mereka dalam merepresentasikan Islam sebagai agama yang santun dan bukan agama teroris.
0 Comments