Ticker

6/recent/ticker-posts

Meneropong Eksplorasi Hidup Kaum Yahudi di Tiap Tempat & Tiap Periode

 

Dok. Pribadi

Judul              : Yahudi: Agama, Etnis, dan Sejarah yang Tersembunyi

Penulis            : Henry C. Adams

Penerjemah    : William Saputra

Penerbit          : FORUM

Cetakan          : 2020

Tebal              : xxii + 544 Halaman

ISBN               : 978-602-51960-1-0

Resensator     : Mohammad Azharudin

 

Sebagai mana judul pada tulisan kali ini, buku “Yahudi: Agama, Etnis, dan Sejarah yang Tersembunyi” ini bukan mengupas soal isi Yudaisme maupun bagaimana Yudaisme itu muncul dan berkembang. Titik fokus buku ini adalah kisah hidup kaum Yahudi dari masa ke masa. Sang penulis, Henry C. Adams, dalam bagian “Prakata” menuturkan bahwa dalam bukunya ini ia terpaksa mengambil referensi dari penulis dari suku bangsa lain terkait nasib orang-orang Israel. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya pemikiran-pemikiran para Pendeta Yahudi yang rumit/sulit dimengerti dan narasi-narasi para ahli sejarah kuno orang-orang Yahudi yang mengandung banyak pernyataan berlebihan dan dongeng.

Kita mulai eksplorasi kali ini dengan melompat langsung ke bab 7, di mana tema utamanya adalah “saling cemburu dan menyiksa”. Periode waktu yang digunakan pada bab ini adalah 365-429 Masehi. Sosok yang menduduki takhta Romawi kala itu bernama Jovian. Namun, ia memerintah beberapa bulan saja. Posisinya, secara berturut-berturut, lantas digantikan oleh Valens dan Valentinian. Selama masa pemerintahan mereka berdua, kebebasan yang dimiliki kaum Yahudi dalam mengisi jabatan di kantor-kantor sipil dihapuskan.

Masalah lain yang turut membuat keruh era ini adalah sikap saling cemburu antara pihak Kristen dengan Yahudi. Pihak Yahudi menjadi objek kebencian lantaran pihak Kristen beranggapan―kala itu―bahwa orang-orang Yahudi merupakan ras yang menjadi musuh utama Kristus. Konflik ini lantas memuncak ketika terjadi pembakaran sinagoge oleh pihak Kristen di Roma pada tahun 387 Masehi. Tak berselang lama setelah itu, terjadi kerusuhan yang sama pada tahun 395 Masehi di Osrhoene (sebuah kota di Mesopotamia). Pihak Yahudi sendiri juga tak diam saja. Dalam banyak kesempatan, mereka kerap menghina dan menyerang orang-orang Kristen.

Berlari ke 3 abad berikutnya, tepatnya di rentang waktu 622-651 Masehi. Periode ini tertulis pada bab 9, di mana tokoh besar utamanya adalah Nabi Muhammad saw. Dalam buku ini, Henry C. Adams menuliskan bahwa sosok Muhammad merupakan sosok yang memiliki kecerdasan hebat. Lantaran hal itu, ia (Muhammad) memiliki keinginan yang tulus untuk mereformasi tradisi dan upacara keagamaan yang sudah melenceng jauh dari jalur semestinya.

Ada beberapa poin penting yang ditulis secara objektif dalam bab ini. Mulai dari pernikahan Nabi Muhammad saw di usia 25 tahun, hijrah beliau saw yang terjadi setelah 13 tahun berdakwah di Mekkah, hingga julukan Khalid ibn Walid sebagai “Pedang Tuhan”. Bagian paling menarik pada bab ini―menurut saya pribadi―adalah nasib orang-orang Yahudi setelah terjadi penaklukkan oleh orang Islam di beberapa tempat.

Kala itu, orang-orang Yahudi diberi hak-hak yang setara sebagai warga negara. Misalnya, bebas mengekspresikan kepercayaan mereka, memiliki harta benda dengan aman, juga mempunyai makna yang sama (sebagai manusia) dengan orang-orang Kristen yang tinggal bersama mereka. Ini menunjukkan bahwa Islam sebenarnya tidak pernah menginjak-injak kemanusiaan. Islam justru menjunjung tinggi hak-hak yang mesti diterima tiap manusia.

Masuk di rentang waktu 1100-1200 Masehi, negara yang disorot sebagai tempat hidup orang Yahudi di era ini meliputi Prancis, Spanyol, Jerman, dan Hungaria. Kita mulai dari Prancis Utara dan Jerman, di sini orang-orang Yahudi―pada masa itu―mencapai jumlah populasi yang cukup banyak. Kota Treves disebut sebagai tempat berkumpulnya orang-orang Yahudi fanatik. Mereka dipimpin oleh Walther von Habenicht dan Peter si Petapa. Namun, tanpa diduga, kota Treves tiba-tiba diserbu oleh massa yang menggila.

Massa tersebut menjarah rumah orang-orang Yahudi dan membunuh siapa pun yang tinggal di dalamnya. Orang-orang Yahudi di Treves tentu tidak siap dengan penyerbuan itu, sehingga mereka tidak dapat memberi perlawanan. Beberapa dari mereka melarikan diri ke gereja dengan harapan akan mendapat perlindungan. Namun, alih-alih memberi perlindungan, keuskupan Treves justru mencela mereka. Keuskupan Treves bersedia membantu orang-orang Yahudi itu hanya jika mereka mau menerima baptis.

Adapun di Spanyol, orang-orang Yahudi di abad 12 ini diperlakukan secara adil. Pihak kerajaan Kristen memberi perlindungan bagi siapa pun yang tidak mengganggu kedamaian. Namun, pada tahun 1108 Masehi, satu kerusuhan pecah di Toledo. Rumah-rumah orang Yahudi dibakar, sinagoge-sinagoge dihancurkan, para Rabi dibakar, dan orang-orang Yahudi biasa dibantai. Kerusuhan ini pada akhirnya gagal diredam oleh Alfonso VII yang kala itu menduduki takhta. Beberapa dekade setelahnya, kursi pemerintahan diduduki oleh Alfonso VIII, di mana kala itu ia terpikat oleh seorang wanita Yahudi bernama Rachel Fermosa.

Sayangnya, masyarakat kala itu menentang keras perasaan Alfonso VIII. Mereka percaya bahwa kemalangan-kemalangan yang terjadi selama masa pemerintahan Alfonso VIII disebabkan oleh kasih sayang yang hina terhadap orang kafir―dalam hal ini yang dimaksud adalah Rachel Fermosa. Akhirnya, penentangan masyarakat tersebut berujung pada pemberontakan. Para pemberontak menerobos masuk ke istana kerajaan dan membunuh Rachel Fermosa di hadapan Alfonso VIII.

 Lain wilayah, lain pula kondisi yang melingkupi kaum Yahudi. Jerman dan Bohemia menjadi tempat di mana orang-orang Yahudi dapat memiliki banyak sinagoge megah. Pun mereka tidak mendapat gangguan dari pemerintah. Sementara itu, di Rusia (tepatnya di kota Kiev), orang-orang Yahudi mendapat kerusuhan yang parah pada tahun 1113 Masehi. Publik―kala itu―menduga bahwa orang-orang Yahudi mengumpulkan kekayaan dengan cara mengorbankan tetangga-tetangga mereka. Vladimir (pemimpin Rusia kala itu) berupaya untuk melindungi kaum Yahudi dari kerusuhan termaktub. Sayangnya, upaya terbaik yang bisa dilakukan Vladimir saat itu adalah (terpaksa) menyetujui permintaan publik untuk mengusir orang-orang Yahudi dari Rusia.

Post a Comment

0 Comments